Susah
Ngomong, Pendiam, dan
Kurang
Tegas 37 tahun hanya karna...
Jika ada uneg-uneg atau hal yang ingin dibicarakan, sebaiknya
memang langsung diungkapkan. Namun berapa banyak dari kita yang mampu
melakukannya? Bagaimana bisa berkomunikasi dengan baik jika mau ngomong saja
terasa susah seperti ada yang mem blok atau menghalangi, akibatnya jadi tidak bisa
bicara secara terbuka dan kurang tegas. Pada akhirnya orang yang berada pada
kondisi demikian banyak yang memilih untuk menahan diri atau diam saja, namun
orang lain yang tidak mengerti menganggapnya pendiam, padahal sebenarnya banyak
sekali yang ingin dibicarakan tapi susah atau tidak bisa dikeluarkan.
Sebagai seorang manusia sekaligus mahluk social,
tentunya kita menyadari pentingnya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Baik
di dalam pekerjaan, kehidupan pribadi, atapun kehidupan social, semuanya butuh
komunikasi. Tanpa komunikasi yang baik, tentunya hubungan yang baik dan hangat hanya
tinggal angan-angan. Tanpa komunikasi yang lancar, jangan harap naik jabatan
bisa lancar pula. Tanpa komunikasi yang efektif, lupakanlah tentang mendapatkan
klien yang potensial. Tanpa komunikasi yang baik dan lancar, jangan harap
keluarga Anda bisa harmonis.
Coba diingat-ingat, berapa banyak Rumah Tangga yang
hancur tercerai berai hanya karena kurang komunikasi ataupun komunikasi yang
buruk. Tak terhitung pula betapa banyaknya anak-anak dan remaja yang tersesat
di dalam pergaulannya, hanya karena kurangnya komunikasi yang baik terhadap
orang tua ataupun keluarganya. Berapa banyak karyawan yang mengeluh telah
bekerja keras namun tak kunjung naik jabatan/lama sekali baru bisa naik
jabatan/naik gaji. Atau banyaknya para pebisnis yang merasakan susahnya
mendapatkan customer. Sekali lagi ini soal komunikasi.
Komunikasi yang baik dan lancar tentunya berbanding lurus dengan hubungan yang baik dan hangat, baik itu di dalam hubungan internal keluarga ataupun terhadap teman, lingkungan, dan rekan-rekan kerja. Komunikasi yang baik dan lancar, membuat segala yang sulit menjadi lebih mudah. Sebaliknya komunikasi yang buruk dan terhambat, otomatis membuat segala yang mudah menjadi tampak begitu sulit.
Komunikasi yang baik dan lancar tentunya berbanding lurus dengan hubungan yang baik dan hangat, baik itu di dalam hubungan internal keluarga ataupun terhadap teman, lingkungan, dan rekan-rekan kerja. Komunikasi yang baik dan lancar, membuat segala yang sulit menjadi lebih mudah. Sebaliknya komunikasi yang buruk dan terhambat, otomatis membuat segala yang mudah menjadi tampak begitu sulit.
Jangan pernah remehkan komunikasi. Saat komunikasi
berjalan dengan mudah, lancar dan menyenangkan, rasakan perbedaan di dalam
kehidupan sehari-hari. Keluarga yang dingin menjadi hangat. Teman yang asing bisa
lebih akrab daripada saudara. Rekan kerja yang kurang friendly pun bisa berubah
menjadi seperti sahabat karib. Atasan yang sangar pun bisa berubah memperlakukan
kita seperti keluarga. Bahkan hubungan asmara yang telah terasa hambar pun bisa
kembali membara. Sekali lagi kuncinya ada di komunikasi.
Pernahkah Anda kenal seseorang yang sekilas tampak
biasa saja. Wajah biasa saja, prestasi biasa saja tak ada yang membanggakan,
background keluarga pun biasa-biasa saja, tak ada yang istimewa. Tapi karena
komunikasinya yang baik, lancar, dan menyenangkan, banyak orang menyukainya. Semua
orang termasuk kita merasa senang jika berada di dekatnya. Itu sebabnya temannya
banyak berlimpah dimana-mana. Urusan bisnis ataupun naik jabatan, termasuk
urusan asmara pun menjadi jauh lebih mudah dan lancar.
Atau pernahkah Anda kenal seseorang yang wajahnya jelas
lebih menarik dari orang pertama. Prestasi segudang, background keluarganya pun
lebih baik dari yang pertama. Namun karena komunikasinya yang buruk ataupun
tidak lancar, orang-orang, mungkin termasuk kita, jangankan untuk suka, akrab, menjalin
hubungan bisnis ataupun asmara. Bergaul biasa saja pun kita enggan atau terasa
malas. Kok bisa begitu? Sekali lagi yang membedakan hanyalah komunikasi.
Pentingnya komunikasi yang lancar, baik, dan
menyenangkan juga dirasakan betul oleh salah seorang klien saya sebut saja
namanya James (bukan nama sebenarnya), seorang pria usia 48 tahun yang berasal
dari pulau Bangka. James datang kepada
saya dengan keluhan susah ngomong, kurang tegas, pendiam, serta tidak bisa
berbicara secara terbuka kepada atasan, bawahan, teman, relasi, keluarga, dan terhadap
setiap orang. James mengaku dirinya yang sekarang lebih banyak menahan diri karena mau
mengeluarkan sesuatu/berkata-kata itu susah, kaya ada sesuatu yang nge blok di
dada, membuatnya merasa capek/lelah di dalam dirinya.
Sebagai seorang yang bekerja di bisnis perhotelan
dengan jabatan yang lumayan tinggi, tentu saja memaksanya untuk sering
berkomunikasi dan meeting dengan orang lain baik itu atasan, bawahan, ataupun
klien-kliennya. Namun entah mengapa meskipun sebenarnya di dalam hati James
memiliki banyak hal dan kata-kata yang ingin diungkapkan, tapi hampir semua tak
bisa dikeluarkan oleh James. Sekeras apapun ia berusaha, semakin semua yang
ingin diungkapkannya itu tersimpan rapat di hatinya, membuat di dadanya terasa
seperti ada gumpalan/ganjelan besar yang kian hari kian membesar, membuatnya
terasa semakin mengganjal, dan tentunya semakin sesak di dada.
Hal ini tentu saja sangat menganggu kehidupan, pikiran
dan juga pekerjaan James. Betapa tidak, setiap kali bawahannya melakukan
kesalahan ia tidak kuasa untuk menegurnya. Contoh: James memberikan tugas
kepada bawahannya namun ternyata tidak dikerjakan. Seharusnya James menegur bawahannya,
tapi karena James tidak bisa berbicara secara terbuka, ia pun memilih untuk menahan
diri dan diam saja.
Hal yang sama juga terjadi saat James berinteraksi
dengan atasannya. James mengaku meskipun ia memiliki banyak ide-ide bagus tapi saat
mau di ungkapkan, rasanya seperti ada sesuatu yang nge blok di dada. Dan lagi-lagi
James memilih untuk menahan diri dan diam saja. Hal ini tentunya sangat
berimbas kepada hasil kerja dan juga prestasinya.
Bosan akan masalahnya yang puluhan tahun itu-itu saja
namun tak kunjung selesai malah semakin parah, James akhirnya memutuskan untuk
meminta bantuan hipnoterapis profesional. Atas rekomendasi saudaranya yang
telah terlebih dahulu menjalani terapi bersama saya dan mendapatkan kesembuhan,
James akhirnya datang menemui saya.
Sebenarnya saudaranya mempromosikan saya untuk
menyembuhkan problem James yang lain namun sesampainya di ruang terapi ternyata
masalah inilah yang sebenarnya paling mengganggu dan dirasa paling penting bagi
James dan oleh karenanya paling penting untuk diselesaikan terlebih dahulu.
Berbekal asas keinginan klien adalah yang utama. Tentu
saja yang saya proses adalah problem yang diajukan oleh klien, meskipun problem
ini ternyata jauh berbeda/sangat tidak nyambung dengan problem yang sebenarnya
dipesankan saudaranya James untuk disembuhkan. Memang akhirnya James
mengungkapkan bahwa problem ini sudah puluhan tahun ia simpan sendiri. Bahkan
keluarga termasuk ayah, ibu, ataupun kakak dan adik-adiknya tidak ada yang
mengetahui masalahnya ini. Bisa dibayangkan betapa besar beban yang
sesungguhnya dirasakan James setiap saat terutama setiap malam akibat menyimpan
masalah ini selama puluhan tahun hidupnya.
Di ruang terapi James mengaku ia tidak hanya memiliki memiliki
kesulitan berbicara secara terbuka kepada atasan ataupun bawahan, namun juga
kepada teman-teman, saudara, serta keluarganya. James yang dulunya mengaku
memiliki banyak teman kini hanya memiliki sedikit teman yang tersisa. Bahkan
saat James memiliki masalah/kesulitan, tidak ada satu orang pun dikeluarganya
yang tahu karena James yang sekarang mengaku lebih banyak menahan diri, tidak
banyak ngomong. Singkat kata ia lebih memilih untuk diam saja, karena mau
ngomong susah, mau mengeluarkan sesuatu/berkata-kata itu susah, kaya ada
sesuatu yang nge blok di dada.
Puluhan tahun memiliki masalah dalam berkomunikasi
membuatnya sadar betul betapa hal tersebut sangat menghambat kualitas hidup dan
kariernya. Oleh karenanya ia sangat ingin bisa lebih berani terbuka berbicara
kepada atasan ataupun siapa saja, seperti dulu saat kecil. James menyadari sebagai
orang yang susah berinteraksi dengan orang lain tentu saja sulit untuk bisa
meraih sukses yang lebih tinggi lagi. “bagaimana bisa cepat naik pangkat jika
disuruh memimpin meeting saja saya sering menghindar” ujar James.
Terlebih lagi hal itu juga ternyata terbawa di dalam
pikirannya setiap saat terutama di waktu malam membuat di dalam dirinya menjadi
tidak tenang. “kaya ada sesuatu yang nge blok di dada. Ingin ditumpahin tapi
tidak bisa. Kaya ada yang nge blok/nahan di dalam diri” ungkap James. Penyesalan-penyesalan
akan kata-kata yang semestinya ia ucapkan tadi siang namun tidak ia ucapkan, ternyata
membuatnya menyesal. Dadanya terasa sesak dan tertekan seperti ada gumpalan
besar. Namun ia tak tahu bagaimana cara untuk menyelesaikan masalahnya. Hal ini
tentu saja mengganggu tidurnya dan membuat kualitas tidurnya menjadi buruk. “Mana
bisa tidur?! kalaupun akhirnya tertidur juga tidak bisa nyenyak karena banyak
pikiran!” keluh James.
Memang seperti itulah cara kerja pikiran bawah sadar.
Jika Anda memiliki masalah, maka sebenarnya pikiran bawah sadar itu akan
berusaha untuk memberitahukan kepada Anda dengan segala macam cara. Karena Pikiran
Bawah Sadar (PBS) itu sangat sadar
penting nya untuk menyelesaikan masalah yang ada secepat mungkin, namun sayangnya
Pikiran Bawah Sadar bukanlah problem solver. PBS tidak bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri.
Itu sebabnya PBS hanya sibuk “membunyikan alarm” di
dalam tubuh Anda yang bisa Anda rasakan dalam bentuk perasaan (feeling),
pikiran (tiba-tiba kepikiran), firasat, ataupun sensasi fisik seperti sakit di
tubuh fisik Anda seperti sakit kepala, leher/pundak/punggung kaku, kram, asam
lambung berlebih, tangan kaki dingin/kaku/bengkak, termasuk rasa tidak enak
atau tidak nyaman yang Anda rasakan di dada/hati Anda, yang jika didiamkan maka
semakin hari akan terasa seperti ada tekanan/ganjalan di dada yang semakin hari
terasa semakin sesak dan membuat hati dan pikiran menjadi semakin tidak
tenang/tidak nyaman.
James mengaku ia sudah lelah hidup terkungkung seperti
ini. Ia ingin bisa kembali seperti dulu, bisa bicara bebas dan lepas kepada
semua orang. James mengaku saat kecil ia tidak seperti ini. Ia orang yang
ceria, punya banyak teman dan tentunya bisa berbicara bebas dan lepas seperti
orang-orang pada umumnya.
Setelah jelas dengan masalah yang ingin disembuhkan
oleh James, sayapun memberikan penjelasan mengenai apa itu Hipnoterapi yang
sesungguhnya. Berbeda dengan kebanyakan orang yang masih seringkali menyamakan
hipnoterapi dengan yang biasa mereka lihat di acara TV, James mengetahui bahwa Hipnoterapi ini adalah
terapi untuk penyembuhan yang sangat berbeda dengan yang biasa kita lihat di
TV. Karena sebenarnya memang hipnoterapi ini dilakukan secara sadar namun pada
kondisi yang sangat rilex (istilahnya: PBS=Pikiran Bawah Sadar). Untuk
mengetahui apa itu PBS yang sesungguhnya bisa klik disini dan untuk menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan bisa pula
klik disini.
Setelah James menjadi jelas mengenai apa itu
Hipnoterapi yang sebenarnya, saya lalu mulai membimbing James memasuki kondisi
rilexasi yang dalam dan menyenangkan. Sangat mudah bagi James untuk bisa
memasuki Pikiran Bawah Sadarnya karena niat yang tinggi bagi James untuk bisa
benar-benar sembuh dan terlepas dari masalah ini. Sekali lagi, hipnoterapi
merupakan self healing, dimana klien yang menyembuhkan dirinya sendiri,
sedangkan terapis hanya membimbing klien agar bisa menyelesaikan sendiri
masalahnya di Pikiran Bawah Sadarnya klien.
Di dalam proses terapi diketemukanlah akar permasalahan
James yang sesungguhnya, yakni saat James berusia 11 tahun. Rupanya James kecil
merasa sakit hati karena teman-temannya suka meledeknya. Berawal saat James
lagi main di sekolah saat ia lagi ngumpul sama teman, ledek-ledekan. Kebetulan
jaman itu jamannya film “Si Doel Anak Betawi” lagi hits-hits nya. Kemudian
entah mengapa salah seorang temannya mulai meledek James, mengatakan wajah James
jelek kaya Oplet nya “Si Doel Anak Betawi” , dan mulai mengganti nama James
menjadi “Oplet” (padahal wajah sebenarnya lumayan ganteng). Yang parahnya, di jaman itu jika 1 orang teriak-teriak
memanggil James “Oplet”, teman-teman James yang lain, yang sebenarnya tak tahu
apa-apa, ikut-ikutan meledek James dan memanggilnya Oplet.
Rupanya kejadian itu membuat James kecil merasa malu,
sebel, kesel, marah, rendah diri, dan berbagai rasa tidak enak/tidak nyaman
lainnya. Hal yang sekilas tampak biasa saja karena becandaan seperti itu umum
sekali kita temukan di kalangan anak kecil yang beranjak remaja seperti James. Ternyata
tanpa disadari, tidak hanya membuat Bawah Sadar James sakit hati (traumatic) namun
juga secara bertahap merubah James menjadi pendiam, bahkan hingga puluhan tahun
kemudian (usia James kini 48 tahun). Kejadian yang sekilas tampak sepele dan
tak berarti itulah ternyata akar masalahnya.
Di dalam proses terapi James kemudian dibimbing untuk
bisa merelease/melepaskan semua rasa tidak nyaman yang berbentuk bagaikan
gumpalan di hatinya, dengan mudah & menyenangkan. Tidak hanya itu, James
juga dibimbing untuk bisa mengambil hikmah dari kejadian itu. Di akhir terapi, James
mengaku tidak hanya hatinya merasa lega dan bisa ngomong, ia juga bisa belajar
memaafkan orang, menerima kejadian dengan ikhlas/tidak dimasukkan ke hati,
serta tidak gampang terpengaruh ataupun marah. Bahkan sesaat setelah James
selesai terapi & membuka mata, ia mengaku kini dirinya merasa Happy, lega,
berenergi, tenang, kalem pikirannya, dan ia telah berubah karena ganjalan-ganjalan
di dalam didirnya kini telah hilang. Dadanya juga terasa enak, plong, dan lebih
segar.
“Nggak sangka yaa, ternyata itu yang jadi akar
permasalahannya. Saya ingat memang ada kejadian itu. Tapi saat itu rasanya
biasa saja” ujar James. Ternyata hal yang bagi Pikiran Sadar James merupakan
kejadian yang biasa saja dan tidak penting, dimaknai berbeda, mendalam, dan traumatic
oleh Pikiran Bawah Sadar James. Pertanyaannya:
Jika kejadian kecil yang sekilas tampak tak berarti itu bisa memberikan
efek yang begitu besar bagi kehidupan seseorang, apalagi kejadian yang
jelas-jelas traumatic? Bagaimana menurut Anda?
Update
terakhir:
Beberapa minggu setelah menjalani terapi James
memberikan kabar bahwa kini dirinya sudah enak rasanya saat ngobrol sama boss
ataupun bawahannya. Hati dan dadanya nya juga sudah merasa plong. Hambatannya dalam
berkomunikasi sudah hilang, bicaranya juga sudah lancar. Komunikasi dengan
rekan kerja/teman-temannya juga sudah jauh lebih baik. Yang biasanya ada
ganjalan di dada sekarang sudah plong/lancar.
Sebelum terapi, saat bawahan klien tidak melakukan tugas yang diperintahkan atau melakukan kesalahan, klien tidak berani menegur (kurang tegas). Setelah terapi jika ada bawahan yang tidak melakukan tugas yang diperintahkan atau melakukan kesalahan, klien sudah berani menegur (tegas dan baik-baik, seperti yang seharusnya dilakukan oleh atasan yang professional)
Testimoni Asli klien setelah 2 bulan terapi (identitas dirahasiakan)
Notes: Mengingat kode etik, semua identitas klien dirahasiakan demi kenyamanan klien
Kak saya juga punya masalah seperti itu gimna solusinya
BalasHapusSaya jga punya masalah seperti itu,, ketika mau jwab obrolan orang lain terkadang bawaannya merasa cepat dan seketika merasa takut ,,,
BalasHapus